Valentilove, 2012

Photo by Danielle Dolson on Unsplash
Image source: @google



1 Februari 2012
Jey
Pagi ini aku menemuinya lagi, bidadari kecil yang kucinta. Bidadari yang tak pernah kubiarkan pergi begitu saja. Bidadari yang selalu membuatku tersenyum. Penyemangat jiwaku. Kau tersenyum, membuatku ikut tersenyum. Bahkan melihatmu saja membuatku merasa nyaman.
"Selamat pagi"
"Pagi"
"Apa pagi ini manjat lagi?"
Kau menatapku dengan mata besarmu, membuatku tak bisa berhenti memandangmu. Kucubit pipimu pelan. Membiarkanmu sedikit menggerutu. "Tidak. Mana mungkin aku terlambat."
Kau tertawa, menyentuh lenganku lembut. Aku selalu menyukai sentuhanmu. Menyukai rambutmu. Senyummu. Matamu. Semuanya.
Ku belai rambutmu lembut. Membiarkanmu memeluk lenganku dan bersandar di pundakku. Selama kau nyaman, tak apa.
"Sepertinya kita harus kembali ke tempat masing-masing."
"Kau benar." Kau melepas pelukanmu. Membuat hatiku sedikit memberontak. "Baiklah, sampai jumpa." Kau melambai dengan senyum lebarmu.
Aku menatap punggungmu yg semakin menjauh. Membiarkanmu menghilang dari penglihatanku biar aku bisa memastikan kau tak apa-apa.
"Sampai jumpa, Mika"

4 Februari 2012


Mika
Ini Februari. Menghitung hari menuju hari kasih sayang. Apa yang harus kuberikan padamu? Bukan, ini bukan tentang aku yang ingin merayakan hari itu. Tapi hanya sekedar ucapan terima kasihku padamu. Terima kasih telah menjagaku. Terima kasih telah membuatku merasa aman. Terima kasih telah menemaniku. Terima kasih telah mencintaiku. Terima kasih.
Aku selalu merasa tak pantas untukmu. Merasa aku tak lebih baik dari orang lain. Aku, wanita yang kau cintai. Tapi juga wanita yang selalu membuatmu bersedih. Wanita yang hanya bisa membuatmu marah. Wanita yang hanya bisa membuatmu kecewa. Aku memang wanita jahat, wanita yang mungkin tak pantas untukmu. Tapi ketahuilah, aku mencintaimu. Dan aku bersungguh-sungguh akan hal itu.
Kucatat semua kemungkinan hadiah yang akan kuberikan padamu. Sesuatu yang sederhana. Tapi penuh kenangan.
Sesuatu..
Sesuatu yang bisa membuatmu mengingatku.
Sesuatu yang bisa menunjukkan bahwa aku mencintaimu.
Sangat mencintaimu.

8 Februari 2012
Jey
Hari ini, kau dan aku akan bersama lagi. Membiarkan hari ini menjadi milik kita berdua. Bersamamu. Menghabiskan seluruh waktu pun tak apa. Aku menggenggam tanganmu erat. Menuntunmu di sampingku. Memandangmu. Melihat senyummu. Seakan aku tak mau hari ini berakhir. Kau berbaring di sebelahku, memandang langit yang dipenuhi awan-awan putih yang indah. Kubiarkan cahaya matahari dari sela-sela daun menyinari wajahmu, membuat semakin terlihat seperti bidadari. Bidadariku.
Hari semakin sore, suara ombak laut semakin terdengar. Aku menyalakan api unggun untukmu. Membiarkan tubuhmu merasa hangat. Lalu kau memelukku, mengatakan kau kedinginan. Kubiarkan hangat tubuhku membuatmu nyaman. Sebisa mungkin mencobamu merasa hangat. Lalu aku mencium keningmu lama. Membiarkan tubuhmu berada dalam dekapanku. Aku bersandar di pundakmu, bisa kurasakan aroma tubuhmu yang sangat kukenal.
Kau menarikku. Menggenggam tanganku erat. Berlari bersamaku sepanjang ombak. Aku mencoba menangkapmu, seakan takut jika tiba-tiba Tuhan mengambil bidadarinya. Aku menggendongmu, dan kau bersorak kegirangan. Hingga kita sama-sama terjatuh, dan wajahmu penuh dengan pasir. Aku tertawa. Kau tertawa. Kita tertawa.
Kau duduk di sebelahku, membiarkan tanganmu berada dalam genggamanku. Kau berkata bahwa hari ini menyenangkan, lalu kau mengucapkan Terima kasih. Terima kasih atas segalanya.
"Aku mencintaimu."
Lalu kau dan aku berciuman. Di bawah bulan purnama. Membiarkan ombak membawa seluruh ketakutanku. Saat ini kau milikku.
Saat ini, dan selamanya.

11 Februari 2012
Mika
Empat hari lagi menuju hari kasih sayang. Dan aku telah menyiapkan hadiah khusus untukmu. Entah kau akan menyukainya atau tidak, tapi ini untukmu. Untukmu, malaikatku, bintangku.

12 Februari 2012
Jey
Sore ini aku berada di sebuah perempatan. Traffic light menunjukkan warna merah. Sore ini cerah, semua orang terlihat bahagia. Mungkin karena valentine tinggal berapa hari lagi. Aku hampir lupa! Hadiah apa yang harus kuberikan untuknya?
Semuanya berjalan baik-baik saja sedetik yang lalu sampai aku melihatnya, melihatnya bersama pria lain. Berdua, di sebuah cafe. Mereka terlihat akrab, tertawa bersama. Padahal tadi dia berkata bahwa dia tak bisa kemana-mana. Tapi apa yang kulihat ini? Ada rasa sakit di dada ini. Rasanya seperti dicakar-cakar. Sesak.
Bunyi suara klakson menyadarkanku dari lamunan. Kupinggirkan motorku, sedikit lebih dekat ke arah cafe. Ku amati baik-baik wajah wanita itu. Aku tak salah liat, itu benar-benar dia. Bidadariku. Bidadari yang selama ini kujaga, direbut oleh monster jahat yang seolah siap menerkam bidadariku kapan saja.
Kenapa dia harus berbohong padaku? Siapa pria itu? Aku ingin mengamuk. Ingin mendatanginya dan memukul pria sialan itu. Tapi tubuhku terasa kaku, lidahku kelu, dan untuk waktu yang lama, aku hanya terpaku menatapnya.



Mika
Malam ini bintangku datang kerumah, tapi ada yang aneh padanya. Dia tak memandangku, wajahnya kusut, matanya sedikit bengkak, bahkan dia tak tersenyum padaku.
"Ada apa?"
"Aku melihatmu, melihatmu bersama seorang pria."
Aku tau dia merasa sakit, karena dia tak memandangku. Bahkan aku bisa melihat matanya mulai berair. Aku tau dia sedang marah. Aku tau dia menahan tangis.
"Kenapa diam?"
Karena aku tak tau harus berkata apa. Aku tak tau harus bagaimana. "Itu bukan siapa-siapa.."
"Berdua, ketawa sama-sama, itu bukan siapa-siapa?"
Aku diam. Dia diam. Kami saling diam untuk waktu yang lama. Lalu dia menyalakan motornya, membiarkanku hanya menatapnya dari belakang. "Kau tak tau rasanya. Kau tak pernah mengerti."


13 februari 2012
Jey
Aku tak menghubunginya. Sekalipun. Ini aneh, ini aneh karena aku merindukannya. Ini aneh karena aku mengkhawatirkannya.
"Wru?"
Satu menit..
Dua menit..
Bahkan berjam-jam kemudian..
Tak ada balasan.
Apa dia marah? Tidak, dia tak pernah seperti itu. Lalu apa yang terjadi? Telfon, sms, bahkan seluruh temannya tak mengetahui apapun tentangnya.
Aku semakin takut. Perlahan, ego yang menguasaiku memudar. Apa dia telah kembali? Apa Tuhan telah mengambilnya? Apa aku siap?

"Dia akan menghubungimu.."
"Dia pasti menghubungimu.."
"Mungkin pulsanya habis?"
"Sudah cek rumahnya?"
"Dia pasti sibuk."
"Dia pasti baik-baik saja.."

Semua orang begitu yakin, tapi kenapa aku semakin takut?


14 februari
Jey
Dia benar-benar menghilang. Rumahnya sepi, tak ada temannya yang tau dia dimana. Dan aku semakin takut. Apa yang terjadi padaku? Kemarin aku bahkan memarahinya. Membentaknya. Tapi kenapa saat ini aku sangat takut dia hilang?
Seharusnya aku memang pantas ditinggalkan. Monster jahat sepertiku, tak pantas untuk bidadari berhati lembut sepertimu. Tapi, bagaimana aku siap saat kau pergi jika setiap langkahku semakin membuatku jatuh dalam dirimu.

"Jey"
Aku menatapnya dalam diam. Itu Delia.
"Ini.."
Dia menyerahkan sebuah kotak coklat padaku. "Apa ini?" Aku membukanya, sebuah note tebal bersampul kulit berwarna cokelat tua. Aku membuka perlahan, dan ucapan "Happy Valentine Day" yang sangat besar berada di halaman awal note itu. Aku hanya menatap Delia bingung. Meminta penjelasannya.
Delia terlihat ragu, tapi ia akhirnya mulai berbicara. "Itu dari Mika." Katanya pelan. Tubuhku menegang. Ada sedikit harapan muncul.
Delia melanjutkan, tapi kali ini suaranya semakin kecil. Dia menunduk, membuat suaranya semakin kecil.
"Aku berbohong padamu, aku tau dia dimana." Aku menatapnya geram. Apa mereka sengaja mengerjaiku?
"Dia sakit Jey, dia sakit. Selama ini kau membuatnya semakin kuat, membuatnya bisa melawan sakit itu. Tapi malam itu.." Aku bisa melihat Delia mulai menangis. "Malam saat kau pergi, membiarkannya sendirian di malam yang gelap. Saat kau membuatnya lemah, sakit itu akhirnya menang."
Aku terdiam. Isakan tangis Delia membuat badanku terasa kaku. Dadaku sesak. Apa yang kulakukan?

*flashback*

12 Februari 2012
Mika
Lalu dia pergi meninggalkanku. Dia bahkan tak melihatku sekalipun. Perlahan, kakiku yang kaku kembali membaik. Semakin kuat hingga membuatku mampu mengejarnya. Tapi dia terlalu jauh. Jauh. Semakin jauh.
Dadaku perlahan terasa sesak. Sakit. Nafasku tersengal-sengal. Langkahku semakin lambat, tapi aku masih mengejarnya.
Seperti mengejar bintang. Kau takkan mampu mendapatkannya. Terlalu jauh. Tapi aku, aku akan mengejar bintang itu, bahkan sekalipun aku harus mati karenanya.
Lalu aku merasakan sakit. Sakit itu lagi. Sakit yang hampir kulupakan. Sakit yang selalu bisa ku lawan saat aku bersamanya. Lalu, saat dia, dia alasan hidupku. Dia yang membuatku kuat, dia yang menjadi benteng hidupku akhirnya memilih pergi. Apa yang harus kulakukan?
Sakit itu semakin menyebar, membuat kakiku terasa lemas. Aku terjatuh. Inikah akhir aku mengejarmu, bintangku?
14 Februari 2012
Jey
Aku melihatnya. Terbaring sekarat di atas ranjang rumah sakit. Matanya tertutup. Alat-alat menyeramkan itu memenuhi sebagian besar tubuhnya. Aku terdiam. Hanya bisa menatapmu dari kejauhan. Dan air mataku mulai menetes perlahan.
Tuhan, bersediakah engkau memberiku bidadarimu ini?
Aku hanya meminta satu Tuhan. Aku tidak meminta semua bidadarimu.
Hanya dia.
Aku hanya ingin dia.
Aku berjalan perlahan, nafasku tersengal-sengal. Aku menutup mataku, masih berharap bahwa saat aku membukanya, aku hanya bermimpi. Tapi ini nyata. Bidadariku, mulai mengumpulkan sayapnya. Lalu sesaat setelah sayap itu menjadi kokoh, dia akan terbang. Kembali kemana dia berasal. Aku mencoba menahannya. Namun ia hanya menatapku kosong. Dia mendekatiku, mencoba membisikkan sesuatu padaku.
"Aku mencintaimu."
Lalu dia pergi. Pergi dengan sayapnya yang indah. Pergi, dan membiarkan hatiku tetap terikat padanya. Tuhan, aku tau bahwa Engkau juga menginginkannya. Aku tau kita berdua sama-sama mencintainya. Aku tau bahwa aku salah. Aku yang menyebabkan ini terjadi. Aku yang membuatnya pergi.
Tapi Tuhan, tak bisakah Engkau setidaknya membiarkanku memeluknya? Mengucapkan bahwa aku mencintainya. Membiarkanku menebus semua kesalahanku padanya.
Apa ini hukuman untukku?
Air mataku mulai jatuh, diikuti isakan tangis diseluruh ruangan. Aku terpaku, dalam diam kutatap tubuh asing itu. Dulu bidadariku disitu. Dia ada dalam tubuh itu. Tapi dia hilang. Dia tak ada lagi.





*halaman terakhir note cokelat Mika*

Jey?
Apa kau membacanya?
Happy Valentine day<3 o:p="">

Jey,
Maaf.
Maaf aku membuatmu marah kali ini. Maaf aku membuatmu cemburu. Tapi kau harus tau, dia bukan siapa-siapaku. Dia hanya temanku. Kau tau? Dia yang membantuku membuat note ini. Kau tau aku tak bisa menggambar bukan?
Jey, aku tak memaksamu percaya. Aku tak memaksamu untuk berhenti marah. Aku hanya tak mau kau pergi. Aku hanya takut kau akan berhenti mencintaiku dan memutuskan meninggalkanku.
Jey, aku sakit. Jantung. Tapi Jey, kau tak tau bukan? Selama aku bersamamu, jantung ini tak pernah lemah. Dia semakin kuat seiring terukirnya namamu disini. Kau alasan hidupku setelah orang tuaku. Kau yang membuatku kuat. Kau yang membuatku bisa melawan sakit ini.
Lalu, saat kau pergi. Apa yang akan terjadi padaku? Rasanya mampu membuatku menjadi seperti orang bodoh, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong. Rasanya seperti kau jatuh dimana hanya ada kau sendiri dan bukan siapa-siapa.
Maka dari itu aku lebih memilih untuk pergi duluan. Aku masih mengingat saat kau mengatakan kau mencintaiku bahkan lebih dari dirimu. Kau bahkan rela menukar nyawamu jika itu bisa. Tapi percayalah, aku takkan pernah membuatmu melakukan itu. Maka saat aku benar-benar harus pergi, aku akan pergi secara perlahan. Diam-diam. Membawa perasaanku ikut bersamaku.
Aku senang jika aku harus mati duluan. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranku untuk pergi.
Kau tau Jey?
Dengan kematian.. Aku bisa mencintaimu selamanya.

14 Februari 2013
Jey
Angin kematian bertiup perlahan. Matahari sore mulai menghilang. Lalu aku berjalan diatas rumput kematian. Diatas tanah yang menguburmu sejak setahun yang lalu. Perasaanku masih sama, masih mencintaimu, bidadariku.
Aku tak mempunyai hadiah tahun lalu. Tapi tahun ini, aku membawa seikat bunga untukmu. Hanya bunga. Bunga Edelweis. Bunga yang sangat sulit di dapatkan. Bunga yang tak kelihatan layu meski telah kucabut.
Sama seperti perasaanku padamu.
Kuletakkan bunga Edeleweis itu diatas tanah yang membuatmu jauh dariku. Menatap namamu saja bisa membuat air mataku menetes. Apa yang sedang kau lakukan saat ini Mika? Apa kau melihatku? Kau tau betapa aku menderita bukan?
Ini bukan tentang kematianmu, ini tentang bagaimana kau terpisah begitu jauh daariku. Ini tentang kau yang menghilang secara tiba-tiba dariku. Ini tentang bagaimana semuanya seketika terputus saat kau pergi. Bagaimana seketika aku bukan siapa-siapa tanpamu. Ini tentang bagaimana aku melanjutkan hidup tanpamu.
Andai kau mengajariku Mika, mengajariku untuk berhenti mencintaimu. Mengajariku untuk melupakanmu. Mengajariku untuk mencoba jauh darimu. Mengajariku bagaimana cara menghilangkan rasa sakit ini. Rasa bersalah ini.

Tunggu aku..

Aku mengeluarkan beberapa jenis obat. Meminumnya. Lalu menunggu. Sampai akhirnya aku bisa menemuimu lagi.

Mika..
Maukah kau menjadi bidadari surgaku?


@rispuun

Comments