Valentilove, 2012
1
Februari 2012
Jey
Pagi ini aku menemuinya lagi, bidadari kecil yang
kucinta. Bidadari yang tak pernah kubiarkan pergi begitu saja. Bidadari yang
selalu membuatku tersenyum. Penyemangat jiwaku. Kau tersenyum, membuatku ikut tersenyum.
Bahkan melihatmu saja membuatku merasa nyaman.
"Selamat pagi"
"Pagi"
"Apa pagi ini manjat lagi?"
Kau menatapku dengan mata besarmu, membuatku tak bisa
berhenti memandangmu. Kucubit pipimu pelan. Membiarkanmu sedikit menggerutu.
"Tidak. Mana mungkin aku terlambat."
Kau tertawa, menyentuh lenganku lembut. Aku selalu
menyukai sentuhanmu. Menyukai rambutmu. Senyummu. Matamu. Semuanya.
Ku belai rambutmu lembut. Membiarkanmu memeluk
lenganku dan bersandar di pundakku. Selama kau nyaman, tak apa.
"Sepertinya kita harus kembali ke tempat
masing-masing."
"Kau benar." Kau melepas pelukanmu. Membuat
hatiku sedikit memberontak. "Baiklah, sampai jumpa." Kau melambai
dengan senyum lebarmu.
Aku menatap punggungmu yg semakin menjauh.
Membiarkanmu menghilang dari penglihatanku biar aku bisa memastikan kau tak
apa-apa.
"Sampai jumpa, Mika"
4
Februari 2012
Mika
Ini Februari. Menghitung hari menuju hari kasih
sayang. Apa yang harus kuberikan padamu? Bukan, ini bukan tentang aku yang
ingin merayakan hari itu. Tapi hanya sekedar ucapan terima kasihku padamu.
Terima kasih telah menjagaku. Terima kasih telah membuatku merasa aman. Terima
kasih telah menemaniku. Terima kasih telah mencintaiku. Terima kasih.
Aku selalu merasa tak pantas untukmu. Merasa aku tak
lebih baik dari orang lain. Aku, wanita yang kau cintai. Tapi juga wanita yang
selalu membuatmu bersedih. Wanita yang hanya bisa membuatmu marah. Wanita yang
hanya bisa membuatmu kecewa. Aku memang wanita jahat, wanita yang mungkin tak
pantas untukmu. Tapi ketahuilah, aku mencintaimu. Dan aku bersungguh-sungguh
akan hal itu.
Kucatat semua kemungkinan hadiah yang akan kuberikan
padamu. Sesuatu yang sederhana. Tapi penuh kenangan.
Sesuatu..
Sesuatu yang bisa membuatmu mengingatku.
Sesuatu yang bisa menunjukkan bahwa aku mencintaimu.
Sangat mencintaimu.
8
Februari 2012
Jey
Hari ini, kau dan aku akan bersama lagi. Membiarkan
hari ini menjadi milik kita berdua. Bersamamu. Menghabiskan seluruh waktu pun
tak apa. Aku menggenggam tanganmu erat. Menuntunmu di sampingku. Memandangmu.
Melihat senyummu. Seakan aku tak mau hari ini berakhir. Kau berbaring di
sebelahku, memandang langit yang dipenuhi awan-awan putih yang indah. Kubiarkan
cahaya matahari dari sela-sela daun menyinari wajahmu, membuat semakin terlihat
seperti bidadari. Bidadariku.
Hari semakin sore, suara ombak laut semakin terdengar.
Aku menyalakan api unggun untukmu. Membiarkan tubuhmu merasa hangat. Lalu kau
memelukku, mengatakan kau kedinginan. Kubiarkan hangat tubuhku membuatmu
nyaman. Sebisa mungkin mencobamu merasa hangat. Lalu aku mencium keningmu lama.
Membiarkan tubuhmu berada dalam dekapanku. Aku bersandar di pundakmu, bisa
kurasakan aroma tubuhmu yang sangat kukenal.
Kau menarikku. Menggenggam tanganku erat. Berlari
bersamaku sepanjang ombak. Aku mencoba menangkapmu, seakan takut jika tiba-tiba
Tuhan mengambil bidadarinya. Aku menggendongmu, dan kau bersorak kegirangan.
Hingga kita sama-sama terjatuh, dan wajahmu penuh dengan pasir. Aku tertawa.
Kau tertawa. Kita tertawa.
Kau duduk di sebelahku, membiarkan tanganmu berada
dalam genggamanku. Kau berkata bahwa hari ini menyenangkan, lalu kau
mengucapkan Terima kasih. Terima kasih atas segalanya.
"Aku mencintaimu."
Lalu kau dan aku berciuman. Di bawah bulan purnama. Membiarkan
ombak membawa seluruh ketakutanku. Saat ini kau milikku.
Saat ini, dan selamanya.
11
Februari 2012
Mika
Empat hari lagi menuju hari kasih sayang. Dan aku
telah menyiapkan hadiah khusus untukmu. Entah kau akan menyukainya atau tidak,
tapi ini untukmu. Untukmu, malaikatku, bintangku.
12
Februari 2012
Jey
Sore ini aku berada di sebuah perempatan. Traffic light menunjukkan warna merah.
Sore ini cerah, semua orang terlihat bahagia. Mungkin karena valentine tinggal
berapa hari lagi. Aku hampir lupa! Hadiah apa yang harus kuberikan untuknya?
Semuanya berjalan baik-baik saja sedetik yang lalu
sampai aku melihatnya, melihatnya bersama pria lain. Berdua, di sebuah cafe.
Mereka terlihat akrab, tertawa bersama. Padahal tadi dia berkata bahwa dia tak
bisa kemana-mana. Tapi apa yang kulihat ini? Ada rasa sakit di dada ini.
Rasanya seperti dicakar-cakar. Sesak.
Bunyi suara klakson menyadarkanku dari lamunan.
Kupinggirkan motorku, sedikit lebih dekat ke arah cafe. Ku amati baik-baik
wajah wanita itu. Aku tak salah liat, itu benar-benar dia. Bidadariku. Bidadari
yang selama ini kujaga, direbut oleh monster jahat yang seolah siap menerkam
bidadariku kapan saja.
Kenapa dia harus berbohong padaku? Siapa pria itu? Aku
ingin mengamuk. Ingin mendatanginya dan memukul pria sialan itu. Tapi tubuhku
terasa kaku, lidahku kelu, dan untuk waktu yang lama, aku hanya terpaku
menatapnya.
Mika
Malam ini bintangku datang kerumah, tapi ada yang aneh
padanya. Dia tak memandangku, wajahnya kusut, matanya sedikit bengkak, bahkan
dia tak tersenyum padaku.
"Ada apa?"
"Aku melihatmu, melihatmu bersama seorang
pria."
Aku tau dia merasa sakit, karena dia tak memandangku.
Bahkan aku bisa melihat matanya mulai berair. Aku tau dia sedang marah. Aku tau
dia menahan tangis.
"Kenapa diam?"
Karena aku tak tau harus berkata apa. Aku tak tau
harus bagaimana. "Itu bukan siapa-siapa.."
"Berdua, ketawa sama-sama, itu bukan
siapa-siapa?"
Aku diam. Dia diam. Kami saling diam untuk waktu yang
lama. Lalu dia menyalakan motornya, membiarkanku hanya menatapnya dari
belakang. "Kau tak tau rasanya. Kau tak pernah mengerti."
13
februari 2012
Jey
Aku tak menghubunginya. Sekalipun. Ini aneh, ini aneh
karena aku merindukannya. Ini aneh karena aku mengkhawatirkannya.
"Wru?"
Satu menit..
Dua menit..
Bahkan berjam-jam kemudian..
Tak ada balasan.
Apa dia marah? Tidak, dia tak pernah seperti itu. Lalu
apa yang terjadi? Telfon, sms, bahkan seluruh temannya tak mengetahui apapun
tentangnya.
Aku semakin takut. Perlahan, ego yang menguasaiku
memudar. Apa dia telah kembali? Apa Tuhan telah mengambilnya? Apa aku siap?
"Dia akan menghubungimu.."
"Dia pasti menghubungimu.."
"Mungkin pulsanya habis?"
"Sudah cek rumahnya?"
"Dia pasti sibuk."
"Dia pasti baik-baik saja.."
Semua orang begitu yakin, tapi kenapa aku semakin
takut?
14
februari
Jey
Dia benar-benar menghilang. Rumahnya sepi, tak ada
temannya yang tau dia dimana. Dan aku semakin takut. Apa yang terjadi padaku?
Kemarin aku bahkan memarahinya. Membentaknya. Tapi kenapa saat ini aku sangat
takut dia hilang?
Seharusnya aku memang pantas ditinggalkan. Monster
jahat sepertiku, tak pantas untuk bidadari berhati lembut sepertimu. Tapi,
bagaimana aku siap saat kau pergi jika setiap langkahku semakin membuatku jatuh
dalam dirimu.
"Jey"
Aku menatapnya dalam diam. Itu Delia.
"Ini.."
Dia menyerahkan sebuah kotak coklat padaku. "Apa
ini?" Aku membukanya, sebuah note tebal bersampul kulit berwarna cokelat
tua. Aku membuka perlahan, dan ucapan "Happy Valentine Day" yang
sangat besar berada di halaman awal note itu. Aku hanya menatap Delia bingung.
Meminta penjelasannya.
Delia terlihat ragu, tapi ia akhirnya mulai berbicara.
"Itu dari Mika." Katanya pelan. Tubuhku menegang. Ada sedikit harapan
muncul.
Delia melanjutkan, tapi kali ini suaranya semakin
kecil. Dia menunduk, membuat suaranya semakin kecil.
"Aku berbohong padamu, aku tau dia dimana."
Aku menatapnya geram. Apa mereka sengaja mengerjaiku?
"Dia sakit Jey, dia sakit. Selama ini kau
membuatnya semakin kuat, membuatnya bisa melawan sakit itu. Tapi malam
itu.." Aku bisa melihat Delia mulai menangis. "Malam saat kau pergi,
membiarkannya sendirian di malam yang gelap. Saat kau membuatnya lemah, sakit
itu akhirnya menang."
Aku terdiam. Isakan tangis Delia membuat badanku
terasa kaku. Dadaku sesak. Apa yang kulakukan?
*flashback*
12
Februari 2012
Mika
Lalu dia pergi meninggalkanku. Dia bahkan tak
melihatku sekalipun. Perlahan, kakiku yang kaku kembali membaik. Semakin kuat
hingga membuatku mampu mengejarnya. Tapi dia terlalu jauh. Jauh. Semakin jauh.
Dadaku perlahan terasa sesak. Sakit. Nafasku
tersengal-sengal. Langkahku semakin lambat, tapi aku masih mengejarnya.
Seperti mengejar bintang. Kau takkan mampu
mendapatkannya. Terlalu jauh. Tapi aku, aku akan mengejar bintang itu, bahkan
sekalipun aku harus mati karenanya.
Lalu aku merasakan sakit. Sakit itu lagi. Sakit yang
hampir kulupakan. Sakit yang selalu bisa ku lawan saat aku bersamanya. Lalu,
saat dia, dia alasan hidupku. Dia yang membuatku kuat, dia yang menjadi benteng
hidupku akhirnya memilih pergi. Apa yang harus kulakukan?
Sakit itu semakin menyebar, membuat kakiku terasa
lemas. Aku terjatuh. Inikah akhir aku mengejarmu, bintangku?
14
Februari 2012
Jey
Aku melihatnya. Terbaring sekarat di atas ranjang
rumah sakit. Matanya tertutup. Alat-alat menyeramkan itu memenuhi sebagian
besar tubuhnya. Aku terdiam. Hanya bisa menatapmu dari kejauhan. Dan air mataku
mulai menetes perlahan.
Tuhan, bersediakah engkau memberiku bidadarimu ini?
Aku hanya meminta satu Tuhan. Aku tidak meminta semua
bidadarimu.
Hanya dia.
Aku hanya ingin dia.
Aku berjalan perlahan, nafasku tersengal-sengal. Aku
menutup mataku, masih berharap bahwa saat aku membukanya, aku hanya bermimpi.
Tapi ini nyata. Bidadariku, mulai mengumpulkan sayapnya. Lalu sesaat setelah
sayap itu menjadi kokoh, dia akan terbang. Kembali kemana dia berasal. Aku
mencoba menahannya. Namun ia hanya menatapku kosong. Dia mendekatiku, mencoba
membisikkan sesuatu padaku.
"Aku mencintaimu."
Lalu dia pergi. Pergi dengan sayapnya yang indah.
Pergi, dan membiarkan hatiku tetap terikat padanya. Tuhan, aku tau bahwa Engkau
juga menginginkannya. Aku tau kita berdua sama-sama mencintainya. Aku tau bahwa
aku salah. Aku yang menyebabkan ini terjadi. Aku yang membuatnya pergi.
Tapi Tuhan, tak bisakah Engkau setidaknya membiarkanku
memeluknya? Mengucapkan bahwa aku mencintainya. Membiarkanku menebus semua
kesalahanku padanya.
Apa ini hukuman untukku?
Air mataku mulai jatuh, diikuti isakan tangis
diseluruh ruangan. Aku terpaku, dalam diam kutatap tubuh asing itu. Dulu
bidadariku disitu. Dia ada dalam tubuh itu. Tapi dia hilang. Dia tak ada lagi.
*halaman terakhir note cokelat Mika*
Jey?
Apa kau membacanya?
Happy Valentine day<3 o:p="">3>
Jey,
Maaf.
Maaf aku membuatmu marah kali ini. Maaf aku
membuatmu cemburu. Tapi kau harus tau, dia bukan siapa-siapaku. Dia hanya
temanku. Kau tau? Dia yang membantuku membuat note ini. Kau tau aku tak bisa
menggambar bukan?
Jey, aku tak memaksamu percaya. Aku tak memaksamu
untuk berhenti marah. Aku hanya tak mau kau pergi. Aku hanya takut kau akan
berhenti mencintaiku dan memutuskan meninggalkanku.
Jey, aku sakit. Jantung. Tapi Jey, kau tak tau
bukan? Selama aku bersamamu, jantung ini tak pernah lemah. Dia semakin kuat
seiring terukirnya namamu disini. Kau alasan hidupku setelah orang tuaku. Kau
yang membuatku kuat. Kau yang membuatku bisa melawan sakit ini.
Lalu, saat kau pergi. Apa yang akan terjadi
padaku? Rasanya mampu membuatku menjadi seperti orang bodoh, hatiku seperti tak
di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong. Rasanya seperti kau jatuh dimana hanya
ada kau sendiri dan bukan siapa-siapa.
Maka dari itu aku lebih memilih untuk pergi
duluan. Aku masih mengingat saat kau mengatakan kau mencintaiku bahkan lebih
dari dirimu. Kau bahkan rela menukar nyawamu jika itu bisa. Tapi percayalah,
aku takkan pernah membuatmu melakukan itu. Maka saat aku benar-benar harus
pergi, aku akan pergi secara perlahan. Diam-diam. Membawa perasaanku ikut
bersamaku.
Aku senang jika aku harus mati duluan. Karena,
aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, kematian
adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranku untuk pergi.
Kau tau Jey?
Dengan kematian.. Aku bisa mencintaimu selamanya.
14
Februari 2013
Jey
Angin kematian bertiup perlahan. Matahari sore mulai
menghilang. Lalu aku berjalan diatas rumput kematian. Diatas tanah yang
menguburmu sejak setahun yang lalu. Perasaanku masih sama, masih mencintaimu,
bidadariku.
Aku tak mempunyai hadiah tahun lalu. Tapi tahun ini,
aku membawa seikat bunga untukmu. Hanya bunga. Bunga Edelweis. Bunga yang
sangat sulit di dapatkan. Bunga yang tak kelihatan layu meski telah kucabut.
Sama seperti perasaanku padamu.
Kuletakkan bunga Edeleweis itu diatas tanah yang
membuatmu jauh dariku. Menatap namamu saja bisa membuat air mataku menetes. Apa
yang sedang kau lakukan saat ini Mika? Apa kau melihatku? Kau tau betapa aku
menderita bukan?
Ini bukan tentang kematianmu, ini tentang bagaimana
kau terpisah begitu jauh daariku. Ini tentang kau yang menghilang secara
tiba-tiba dariku. Ini tentang bagaimana semuanya seketika terputus saat kau
pergi. Bagaimana seketika aku bukan siapa-siapa tanpamu. Ini tentang bagaimana
aku melanjutkan hidup tanpamu.
Andai kau mengajariku Mika, mengajariku untuk berhenti
mencintaimu. Mengajariku untuk melupakanmu. Mengajariku untuk mencoba jauh
darimu. Mengajariku bagaimana cara menghilangkan rasa sakit ini. Rasa bersalah
ini.
Tunggu aku..
Aku mengeluarkan beberapa jenis obat. Meminumnya. Lalu
menunggu. Sampai akhirnya aku bisa menemuimu lagi.
Mika..
Maukah kau menjadi bidadari surgaku?
@rispuun
Comments
Post a Comment