Ini untuk Tuan Fahd Djibran yang terhormat, 2013


Fahd Djibran, aku baru saja membaca "Curhat Setan"-mu, dan aku mempunyai banyak pertanyaan untukmu.
Sebelumnya aku minta maaf karena baru membaca bukumu yang sudah terbit sekitar 4 tahun yang lalu sejak tahun 2013 ini, karena aku baru menemukannya di perpustakaan sekolahku dan covernya begitu menarik. Sederhana, dan anggun. Sampaikan salamku pada designer sampulmu. Aku menyukai karyanya. Maaf juga jika menurutmu aku terlalu lancang. Aku tak tau-lupa-apa alamat e-mailmu, aku juga tak tau apa nama twittermu sehingga kita tak bisa bertukar email, aku juga tidak bisa bertanya via facebook atau twitter karena itu tak akan cukup. Dan hal ini lebih bersifat "kepentinganku" yang mungkin orang lain menganggap itu tak penting. Apa kau juga menganggap hal yang sama? Tak apa, kau bisa memilih untuk berhenti membacanya dari sekarang sebelum suntikan penasaranku mulai bereaksi padamu.
Mari kuperkenalkan diriku, Harista sriwahyuni, gadis kecil berumur 15tahun. Dan aku suka sekali segala hal yg menimbulkan kata mengapa.
Aku memilih blog karena ini satu-satunya tempat yg bisa memuat seluruh tulisanku beserta ide lainnya. Kau tau? Pertanyaanku sangat banyak sampai aku tak tau harus memulai darimana. Kalau begitu, mungkin bisa kita mulai sebelum kau bosan dengan ocehanku.

Tuan Fahd Djibran terhormat,


Maaf karena terkadang, butuh beberapa detik untuk mengerti maksud tersiratmu, tapi ini kutulis dengan segala tanda tanya dan rasa penasaran yang heboh di dada ini. Bergerumuh.
Hari ini tanggal 24 April 2013, temanku Rahmat dan Ryan sedang ulang tahun. Selamat ulang tahun! Saat ini pukul 12.45 di jam tanganku. Aku sedang berbaring di belakang kelas karena guru kami belum datang sambil membaca bukumu dan tentunya menulis ini.

Tuan Fahd Djibran yang terhormat,

1. Dalam bukumu, kau pernah membahas tentang sebuah peluit dan aku benar-benar menganggap peluit sungguhan. Sampai akhirnya kau membahas 'lima pertanyaan mengapa" aku mengerti bahwa peluit yang kau maksud adalah sebuah 'peluit', sebuah tanda dimana kita harus berhenti bertanya "mengapa" pada diri kita sendiri. Lalu, bagaimana kau bisa mengetahui kapan peluitmu berbunyi? Apa kau mencarinya?

2. Aku sudah memulai 'mengapa'-ku. "Mengapa aku mendengar lagu saat membaca novelmu?" Karena aku suka. Itu membuatku rilex.
"Mengapa itu membuatmu rilex?" Karena saat badanmu rilex, kau bisa memahami apa isi dan makna novel itu.
"Mengapa harus dipahami?" Karena bagaimanapun, semua hal yang terjadi dalam dirimu selalu mempunyai arti yang berguna untukmu sendiri.
"Mengapa berguna?" Karena itu bisa jadi pelajaran untukmu.
"Mengapa bisa menjadi pelajaran untukku?" Karena ada pesan dan contoh disitu.

Lalu apakah semua orang peluitnya berbunyi di pertanyaan kelima? Bagaimana jika sebelum pertanyaan kelima itu aku tak bisa menjawabnya, apa yang akan terjadi?

3. Hampir seluruh bukumu membahas Marva. Siapa itu Marva? Apa dia cantik? Bolehkah aku melihat fotonya?
4. Hei, apa kau benar-benar bermimpi berteman dengan setan? Apa menurutmu semua yang setan katakan benar? Menurutku dia hanya menggodamu sekali lagi. Lalu saat kau bertanya berdosa-kah kau bermimpi berteman dengan setan, apa yang dikatakan-Nya?
5. Oiya, apa setannya tampan?
6. Aku pernah berbohong juga. Sering. Sama sepertimu. Tapi aku masih merasakan getaran itu, jadi apakah aku bukan pembohong handal?
7. Katamu orang dewasa aneh. Tapi pernahkah kau sadar saat kita kecil, betapa inginnya kita menjadi orang dewasa? Aku ingin dewasa. Apa aku ingin jadi orang aneh? Kau dewasa. Apa kau orang aneh juga?
8. Dari berbagai cerita, Zira selalu menjadi pemeran utama. seluruh tulisanmu seolah-olah curhatan Zira. Siapa itu zira? Apa dia temanmu? Apa kau mengenalnya? Apa mungkin, dia dirimu?
9. Mengapa kau begitu mengetahui kisah zira dan marva? Aku menyukai kisah mereka. Itu kisah nyata? Atau imajinasimu yang kau buat dalam bentuk cerita khayalan pula? Atau mungkin itu kisahmu?
10. Apa zira mati?
11. Kau juga berkata, seorang anak kecil lebih cenderung menggunakan imajinasinya, dan itu yang membuat mereka 'berbeda' dengan orang dewasa. Itulah mengapa mereka senang bertanya. Jadi, miripkah aku sama anak kecil yang kau maksud? Aku telah membuat lebih dari 10 pertanyaan untukmu.
12. Bagaimana rupamu Fahd Djibran?
13. Diakhir bukumu kau berkata "kita tak pernah berkenalan secara pribadi" jadi, apa seperti ini bisa disebut 'perkenalan'?
14. Aku tidak pernah tau bagaimana akhir kisah Zira dan Marva, tapi sampaikan salamku dan doa semoga Zira lekas sembuh. Jadi, apakah Marva telah menjadi mantan kekasih Zira dan sekarang telah sibuk bermain dengan anak-anak Zira?
15. Apa kau masih hidup?


Fahd Djibran - Curhat Setan, 2009.

Comments