YRCC Semarang, 2013
20 Juni 2013
Akhirnya, hari
ini datang juga. Youth Red Cross Competition KSR PMI Unit Universitas Negeri
Semarang. Lomba nasional pertama kami membawa nama sekolah. Lomba nasional
pertama yang merubah segalanya.
Perjalanan
udara dari Makassar ke Surabaya sekitan 1 jam 30 menit dan dilanjutkan
perjalanan darat menuju Semarang ±10 jam lamanya. Disinilah petualangan kami di
mulai, sang supir awalnya kebingungan dengan letak UNNES itu sendiri. Dan
percayalah, jalanan kota Semarang yang berbukit-bukit itu seperti jalanan di
pedalaman hutan. Katanya itu terjadi karena gerakan tektonik dari lempeng bumi
dan sewaktu-waktu dapat berubah. Oh God.
Kamis, 20 Juni 2013. Bandara International Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. |
Finally, kita
akhirnya bisa berkomunikasi dengan salah satu alumni kita yang kebetulan
sekolah di Universitas Dipanegara, yang berada di bukit sebelah UNNES. Namanya
kak Abdul Magfirzakir atau Kak Appi -begitu mereka memanggilnya. Kami sempat kebingungan mencari kak Appi ini, apalagi lokasi menuju
UNNES bagaikan di atas gunung dengan jurang di sebelahmu. Wajar kalau mereka
tak pernah tawuran.
Setelah
menunggu beberapa saat, kami melihat seseorang dengan baju merah
kotak-kotak -diragukan, Rista lagi tidak pakai kacamata waktu itu- datang dan
bilang sama supirnya.
"Ikuti
saya mas!"
Suaranya mirip
anak-anak -bukan, bukan anak kecil, cuma sedikit cempreng yg diberatkan. Suara
anak muda, eaa. Mirip suaranya kak Wantos.
Kami memasuki kawasan kampus yang
sangat luas dengan jalan panjang dan asri. Mobil kami berhenti di depan sebuah
gedung asing yang cukup besar berwarna cokelat muda.
Awalnya, Rista kira dia alumni yang seumuran kak Fajie, dengan badan besar, perut sedikit buncit, kumis tipis, dan rambut cepak. Tapi, begitu baru turun dari mobil, Kak Appi itu berbeda 180 derajat dari apa yang Rista bayangkan. Kak Appi itu sedikit
kurus -kalau sahur jangan terlalu sering makan Indomie kak-, agak tinggi, kulit sawo matang, dan calm sekali.
Kak Appi
yang memiliki Head dryer dan Boneka di kostannya. Kak Appi yg rela kerja tugas di
aula karena takut di laporin kak Fajie. Kak Appi yang rela tunggu kami di
depan gerbang UNNES yang seram berjam-jam lamanya. Kak Appi yang kalau tidur selalu pakai penutup mata unyu. Kak Appi
yang selalu sabar di bully sama kak Tyar. Hoho, sepertinya setelah ini saya
harus sungkem padanya.
Ah sudahlah. |
Percayalah jika PMR Wismu 05-205 Makassar merupakan satu-satunya PMR dari Sulawesi yang hadir. Kontingen paling sederhana, dan berbeda. Satu hal yang saya ketahui dari mereka begitu sampai adalah mereka panitia yang sangat ramah, berbicara sangat pelan, dan rajin. Panitianya kebanyakan wanita, tapi bukan berarti urusannya terbengkalai, justru -sebutlah mereka wanita perkasa- itu melakukan hal yang sebenarnya dikerjakan oleh mereka kaum pria. Mereka...Hebat.
Jadi malam ini kami tidur di ruangan panitia, bersama kontingen Jogja dan Bandung. Selanjutnya berlangsung sesuai agenda, registrasi ulang, pembukaan sakral dengan bunyi gong yang menggelegar, dan scedule lomba untuk hari esok. Setelah pembukaan kita akhirnya pindah penginapan, yang awalnya di ruangan panitia jadi auditorium dengan tempat paling ujung, bersebelahan dengan Jepara.
Seluruh peserta berada dalam ruangan yang sama dengan kami. Melihat persiapan mereka yang begitu sempurna nyaris membuat kami merasa payah. Tapi, bukannya kami terlihat beda dengan budaya Makassar ini?
Mereka mungkin telah berpengalaman, tapi bagi kami, semuanya terlihat baru. Mereka sangat pandai merias, bahkan bisa membuat seorang wanita menjadi pria tampan -percayalah kalau saya pernah tertipu akan hal itu. Ada kuda lumping juga. Angklung, pencak silat, kostum dari yang mirip nyiroro sampai yang punya banyak loncengnya, lukisan pasir, semuanya baru. Benar-benar berbeda. Lomba yang mereka adakan juga lebih mengarah ke kreatifitas, ada Perawatan Kedaruratan juga rupanya. Ya Tuhan, beruntunglah kita bisa menjadi mayoritas dengan segala kekurangan ini.
Jadi malam ini kami tidur di ruangan panitia, bersama kontingen Jogja dan Bandung. Selanjutnya berlangsung sesuai agenda, registrasi ulang, pembukaan sakral dengan bunyi gong yang menggelegar, dan scedule lomba untuk hari esok. Setelah pembukaan kita akhirnya pindah penginapan, yang awalnya di ruangan panitia jadi auditorium dengan tempat paling ujung, bersebelahan dengan Jepara.
Seluruh peserta berada dalam ruangan yang sama dengan kami. Melihat persiapan mereka yang begitu sempurna nyaris membuat kami merasa payah. Tapi, bukannya kami terlihat beda dengan budaya Makassar ini?
Mereka mungkin telah berpengalaman, tapi bagi kami, semuanya terlihat baru. Mereka sangat pandai merias, bahkan bisa membuat seorang wanita menjadi pria tampan -percayalah kalau saya pernah tertipu akan hal itu. Ada kuda lumping juga. Angklung, pencak silat, kostum dari yang mirip nyiroro sampai yang punya banyak loncengnya, lukisan pasir, semuanya baru. Benar-benar berbeda. Lomba yang mereka adakan juga lebih mengarah ke kreatifitas, ada Perawatan Kedaruratan juga rupanya. Ya Tuhan, beruntunglah kita bisa menjadi mayoritas dengan segala kekurangan ini.
Awalnya kita
sempat kewalahan karena Bindapnya pria semua, tapi di malam hari pertama, kak
Afifah sang penyelamat pun datang. Ah, indahnya dunia. Bukan, kakak bindap
cowok bukannya tidak baik, hanya saja, terkadang ada hal yang hanya dimengerti
oleh mereka "para wanita". Kak Afifah juga sama sabarnya tiap di
bully Kak Tyar, oh-dasar Kak Tyar jahat.
Kak Afifah itu
tinggi, perhatian, kalau ketawa matanya suka hilang, sang superhero. Kak Afifah yang suka temani Bu Rahmatia kalau kita lagi sibuk. Kak Afifah yang selalu
sabar make up kita sebelum arak-arak budaya. Kak Afifah ang selalu rapikan
tempat kami kalau lagi amburadul. Kak Afifah yang selalu marahi kita kalau belum
makan. Kak Afifah yang selalu membuat kita terlihat sebagai seorang wanita. Ah, Kak Afifah. Entahlah bagaimana
jadinya kalau kak Afifah tidak ada.
Yang pakai kudung Kak Afifah, yang tidak pakai kudung Kak Appi. Jangan ketukar:') |
Hari berkesan
adalah hari ketiga, seluruh perlombaan ada di hari ini. Pertolongan pertama,
perawatan kedaruratan, Story telling, Kampanye Siaga Bencana, dan Unnes Mencari
Bakat. Well, setelah kemarin penyisihan Lomba Cerdas Tangkas yang kami dipisah, dan ngisi LJK
yang lingkarannya besar banget, kita harus lomba lagi man!! Phew.
Satu hal lain yang harus diketahui bahwa mereka sangat tepat waktu. Finally, Makassar telat lagi. Dengan mengenakan baju Bodo berwarna
merah yang dibawa sama Kak Rahmat Suregar dari makassar tadi pagi, dan make up
seadanya. Saya berlari menuju rombongan story telling yang ternyata sudah jauh di depan.
Cukup rempong, dengan baju adat dan segala aksesorisnya harus berlari menuju gedung seberang. Lalu disinilah saya bertemu
wanita itu, namanya Mega. Asli Bandung yang respect banget sama Makassar.
Mega -Rista manggilnya Teteh- dan Rista saling bertukar cerita selama tunggu
giliran tampil. Sewaktu kecil, Teteh pernah lebih memilih pakai baju Bodo dibanding memakai kebaya untuk difoto. sedangkan Rista selalu ingin pergi ke Bandung untuk liburan -oh ayolah Bandung, buat event dan undang kami:"). Teteh juga takut ketinggian, dia selalu mau liburan ke Makassar tapi takut naik pesawat. Kita taruhan lagi, yang duluan ke kota masing-masing akan di teraktir jalan-jalan seharian full. HA-HA.
Kami berceita hingga lomba selesai dan berjanji akan bertemu setelah Teteh tampil di UMB, katanya Rista harus menebak lagu yang dibawakannya nanti. Dan saat UMB tiba, Teteh tampil setelah Makassar. suatu kebetulan yang menyenangkan. Bandung membawakan lagu Just the way you arenya Bruno Mars! Setelah teteh tampil, Rista ajak teteh foto dan disitulan kesempatan untuk pegang angklung dari Bandung:") Sejak itu, kami akhirnya dekat. Teteh jago main angklung, jadi kita tukaran aja. Teteh pakai aksesoris baju Bodo, Rista diajar main angklung.
Kami berceita hingga lomba selesai dan berjanji akan bertemu setelah Teteh tampil di UMB, katanya Rista harus menebak lagu yang dibawakannya nanti. Dan saat UMB tiba, Teteh tampil setelah Makassar. suatu kebetulan yang menyenangkan. Bandung membawakan lagu Just the way you arenya Bruno Mars! Setelah teteh tampil, Rista ajak teteh foto dan disitulan kesempatan untuk pegang angklung dari Bandung:") Sejak itu, kami akhirnya dekat. Teteh jago main angklung, jadi kita tukaran aja. Teteh pakai aksesoris baju Bodo, Rista diajar main angklung.
Yang lagi puasa hati-hati puasanya makruh. |
Selain Teh
Mega, ada juga Teh Yesi yang jadi primadonanya Bandung. Rista kenal Teh Yesi
waktu di Mesjid Agung Jawa Tengah. Hanya karena foto bareng. Selain Jepara,
kita juga dekat sama Bandung dan Jogja. Oiya, kalian harus tau kalau Kakak bindap (Kak Tyar, Kak Harda, dan Kak Rahmat) jadi lebih 'aktif' sejak
Bandung tampil di UMB. Kalian taulah alasannya.
Puasa Makruh gak tanggung ya. |
Ah, UNNES.
Betapa saya
merindukan mereka. Merindukan tiga burung kecil yang tiap pagi terbang di atas auditorium utama. Merindukan si kakak lugu pendamping tur Semarang kami. Merindukan momen-momen yang kini sudah menjadi kenangan
indah.
Terkadang,
kita tidak tau apa yang akan terjadi dalam hidup kita. Harista Sriwahyuni, dulu
hanya anak baru yang sedang MOS dengan rambutnya di kepang dua dengan pita
merah yang sedang duduk di tepi lapangan menyaksikan showtime PMR sekarang ada
di Semarang bersama mereka, Wismu 5.
Sebenarnya,
ini bukan sepenuhnya tentang pengalaman kami. Kami di Semarang, lomba Youth Red
Cross Competition KSR PMI UNNES. Kami hanya sekolompok orang beruntung yang
bisa berlomba di event besar ini.
Seperti pemain
sepak bola. Apa jadinya mereka tanpa pelatih?
Apa jadinya kami tanpa kakak-kakak dan teman-teman yang berusaha keras demi terwujudnya PMR WISMU 05-205 Makassar road to UNNES ini? Apa jadinya kami tanpa kakak alumni yang telah membantu kami baik secara moril maupun secara moral? Apa jadinya kami kalau tak ada Kak Afifah dan Kak Appi? Apa jadinya kami tanpa tiga kakak pendamping hebat kami? Apa jadinya kami tanpa Bu Rahmatia? Apa jadinya kami tanpa KSR UNNES?
Apa jadinya kami tanpa kakak-kakak dan teman-teman yang berusaha keras demi terwujudnya PMR WISMU 05-205 Makassar road to UNNES ini? Apa jadinya kami tanpa kakak alumni yang telah membantu kami baik secara moril maupun secara moral? Apa jadinya kami kalau tak ada Kak Afifah dan Kak Appi? Apa jadinya kami tanpa tiga kakak pendamping hebat kami? Apa jadinya kami tanpa Bu Rahmatia? Apa jadinya kami tanpa KSR UNNES?
Apa jadinya,
saya tanpa mereka, PMR WISMU 05-205 Makassar?
Maka dari itu,
dalam postingan alay ini, kami mengucapkan terima kasih kepada kakanda kowismu,
Kakak pengurus, STORV, sekolah, KSR UNNES dan tentu seluruh keluarga besar PMR
WISMU 05 Makassar.
Maaf kami
tidak bisa membawa piala, tapi seperti yang kakak bilang, kami membawa sejuta
pengalaman. Sejuta ide baru.
Prestasi kita
juga termasuk predikat baik lho kak. Peringkat 7 Lomba Cerdas Tangkas -meski panitia
tulisnya 8-_-
Final LCT. Kita tim B, sebelahan sama Purwekerto sang juara umum. Eh, yang celana biru cantik. (abaikan) |
Peringkat 4 Unnes Mencari Bakat, peringkat 5 Arak-arak budaya,
peringkat 11 Pertolongan Pertama dan Pembuatan Media PRS, peringkat 14 Story
telling, peringkat 9 Kampanye Siaga Bencana, dan peringkat 27 Perawatan
Kedaruratan. Awal yang baguslah untuk pemula. Lagipula, tak akan ada menang jika tak ada kalah.
Itu Lawang Sewu. |
Hanya di
Semarang kita makan gulai keong. Hanya di Semaranng kita makan tahu gejrot yang
mirip gado-gado. Hanya di Semarang kita ketemu penjual es dawet namanya mas
Jon. Hanya di Semarang kita bisa laundry Rp 1500,-. Hanya di Semarang kita bisa
makan nasi kucing. Hanya di Semarang kita bisa makan rujak krim yang rasanya
mirip muntahan. Hanya di Semarang kita bolos fun games hanya untuk latihan.
Hanya di Semarang kita keliling UNNES tanpa alas kaki dan nyanyi-nyanyi. Hanya di Semarang kita ketemu becak unyu. Hanya
di Semarang!! Rock!!!\m/Hahaha.
Siamo.
With love,
Rispuun
(Rista Paling Unyu)
"calm"? hahahahahhahaha x))
ReplyDeleteRispuun: Rista punya ***un
ReplyDeleteComblangin sama yang di bandung dong :3
ReplyDeletekalian keren :D
ReplyDeletehaha, makasih kak tikaa. iyadong keren, kan kakak yang latih juga kereen:3
ReplyDeleteKak Tyar, Kak Harda, Kak Appi: ampunma kak:"""")