Langit senja, rumput hijau, dan kolam biru, 2013



Apa mereka yang sempurna akan selamanya menjadi pasangan serasi? Lalu, bagaimana jika dirimu yang sempurna bersama denganku yang tidak sempurna ini? Apakah kecantikan dan popularitas merupakan tolak ukur yang sangat vital? Atau, ketampanan dan kehebatan merupakan hal mutlak?
Sempurna tidak selamanya indah, menurutku. Memang di kehidupan ini ada yang sempurna? Sempurna dan sempurna menurutku justru membuatnya terlihat monoton. Biasa. Tidak menarik. Apa yang harus dilengkapi jika keduanya sempurna?
Lalu, jika si Bebekburuk rupa sepertiku menyukai sang Elang yang perkasa, apa jadinya? Apa tak apa jika aku yang najis ini menyukainya? Apakah sang Elang perkasa akan menyukai si buruk rupa ini? Apa itu mungkin?
Elang selalu terbang tinggi, mencakar langit. Apa dia sempat singgah, tidak, bahkan menoleh pada Bebek buruk rupa di tepi kolam sepertiku, apa dia sempat? Dia terlalu tinggi, angkuh, dibutakan oleh kabut. Mungkin Elang memang harus mencari seseorang yang berada di atas, bersamanya. Seseorang yang sempurna, sepertinya.
Lalu bagaimana nasib sang Bebek? Ketika seorang Ikan mas kecil penghuni kolam tempatnya selalu bersedih, ternyata diam-diam memperhatikannya. Ikut memendam perasaannya seperti yang Bebek lakukan. Apa Bebek juga tak akan memandang Ikan mas kecil itu karena dia berada di bawah sang Bebek? Apa Bebek buruk rupa itu terlalu tinggi bagi si Ikan mas untuk dicintai?
Tidak, si Ikan mas tak mau cintanya terpendam. Setidaknya si Bebek harus tau bahwa dia mencintainya. Memberitahu sang Bebek arti cinta tak harus memiliki. Maka sang Ikan mas menyatakan perasaannya saat itu juga, kepada Bebek yang sedang bersedih seperti biasa.
Sang Bebek buruk rupa terdiam cukup lama. Sedetik kemudian, dia segera berlari ke arah sang Elang yang berada jauh di atasnya. Sang Bebek buruk rupa juga harus memberitahu sang Elang, bahwa dia dulu mencintainya. Begitu mencintainya hingga tak berani bahkan sekedar menyebut namanya. Elang terlalu sempurna untuk dinodai oleh seekor Bebek buruk rupa sepertinya.
Mungkin bila dia mengatakannya lebih dulu, sang Elang juga akan mencintainya. Mungkin.
Tapi terlambat, hatinya telah terlanjur berpaling pada sang Ikan mas. Ikan mas tak menganggapnya si buruk, tak ada yang menganggapnya buruk, kecuali dirinya sendiri. Bukannya kau harus bersyukur bahkan jika itu keburukanmu? Dia salah selama ini. Bodohnya, dia baru sadar detik ini juga. Betapa pantasnya sang Bebek ditertawakan. Benar-benar si buruk.
Sang Bebek buruk rupa berteriak. Sangat kencang hingga cukup membuat sang Elang memandangnya.
"AKU MENCINTAIMU!!" Ulangnya.
Sang Elang, dengan kecepatan penuh terbang ke arah sang Bebek. Sang Bebek sangat terkejut dan mencoba berlari, namun ia justru terjatuh. Sepertinya, inilah akhir kisah sang Bebek buruk rupa. Di makan oleh dia, yang dicintainya sejak beratahun-tahun yang lalu.

Satu..

Dua..

Tiga menit kemudian, dia masih berbaring di rerumputan. Angin senja membuat rumput disekitarnya bergoyang menggelitik. Si Bebek buruk rupa membuka matanya perlahan dan melihat sang Elang terbang di atasnya, bersama Ikan mas.
Jauh, semakin jauh, hingga menghilang dibalik tebing yang curam.
Sepertinya, inilah akhir kisah hidup sang Bebek yang sesungguhnya. Bukan dimakan oleh dia yang dulu dicintainya. Tapi dia yang dicintainya kini, pergi bersama dia yang dicintainya, dulu.


Hidup itu lucu.
Ha-ha-ha.
Menyedihkan.

Comments

  1. Saya sangat mengapresiasi karya anda.

    ReplyDelete
  2. apakah itu murni tulisan anda ??

    ReplyDelete

Post a Comment