Kabut dalam ketidakmungkinan, 2022

 


Kau dan aku bagaikan langit dan bumi.

Sama indahnya, namun berbatas jarak.

Seperti kabut yang menyelimuti hujan, kehadiranmu membutakan namun terasa lengkap.


Aku bertanya-tanya apakah makna pertemuan ini?

Mengapa terasa menyenangkan dan menyedihkan dalam waktu yang sama?


Kupahami bahwa diriku takut, mungkin kaupun begitu.

Sayangnya ketakutan ini berbeda.

Kamu dengan ketakutanmu, aku dengan ketakutan bahwa aku mulai menyukaimu.


Selalu ada jarak yang tak kasat mata membentang, kita berdua menyadari itu.

Namun akulah yang lebih memahami bahwa jarak itu sulit disebrangi.

Seberapa keras usaha itu, tak akan bisa.

Kau yang membuat jarak itu.

Hanya kau yang bisa memutuskan apakah aku bisa menyebrang atau tidak.


Mungkin ini hanya perasaan sementara.

Seperti bunga mekar yang akan gugur pada waktunya.

Sekeras apapun kita merawatnya, ia akan layu.

Lebih cepat jika diabaikan.


Mungkin itu pilihan yang baik.

Seberapa sering aku menggunakan kata mungkin sejauh ini?

Semua tentangmu hanyalah sebuah kemungkinan.

Maka tidak salah bukan, jika kunikmati perasaan ini sembari menyakiti diri sendiri agar aku bisa melepasmu diam diam?

Comments